Ketika ajal menjemputku nanti, ku harap ada bias-bias kebaikan amal yang sedia menemani.
Ketika maut merenggutku nanti, ku ingin bersandar pada tirai warna
pelangi bertudung sutra senja dari ketulusan budi dengan iman di hati
sebagai bekal yang akan ku bawa nanti.
Ketika malaikat maut mengunjungiku nanti diatas pembaringan jasad, ku nanti bimbinganmu menuntun lafadz thayyibah nan indah.
Ketika sakaratul maut nanti, meski tak sempat sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu sahabat.
Sebentar lagi akan sirna semua nikmat duniawi, beberapa detik lagi tak
kan kau jumpai senyum, canda, bahkan tangis dari raut muka kotor ini.
Hanya berharap semoga ikatan yang di jalin di atas pondasi cinta dan
benci semata karena Allah bisa mempertemukan kita di syurga nanti.
Janganlah bersedih hati atas prahara ini, hapus air matamu aku akan
menunggumu karena pasti suatu saat nanti kau akan menyusulku.
Ambil lah kebaikan dari ikatan ini supaya manfaatnya masih bisa ku
dapati, dan aku berharap engkau tidak menceritakan kepada orang-orang
atas keburukan yang telah aku lakukan selama hidupku.
Ku nanti
syafaatmu, ketika malaikat penjaga neraka meluluh-lantahk an ragaku dan
membakar kulit tipis ku, supaya aku bisa merasakan wangian syurga
bersamamu.
Saat jasad ku di usung di dalam keranda berbalut
harum kenanga dan melati, do’akan aku. Semoga setelah kau kuburkan
nanti, dengan Rahmat dan belas kasihNya bisa ku jawab
pertanyaan-pertanyaan dari kedua malaikat itu. Agar lapang kuburku,
supaya tak kualami penyempitan kubur yang akan meremukkan tulang-tulang
rusukku.
Salam kesejahteraan ku sampaikan untukmu, bagimu masih
ada waktu memperbaiki diri dan memperbanyak amal shalih. Sekarang waktu
ku hampir habis, aku akan merindukan saat kita larut dalam sedu
tangisan dzikir malam itu.