Kini, ilmuwan skeptis mengatakan, kejadian semacam ini bukanlah apa-apa melainkan halusinasi yang sangat jelas. Beberapa orang memiliki kecenderungan menglami hal semacam ini.
Peneliti di University of Birmingham mengklaim, pengalaman keluar dari tubuh ini terjadi saat ‘otak sedang tidak stabil’. Alhasil, orang-orang menjadi terdisorienstasi dan kehilangan semua kesadaran mengenai lokasi tubuh mereka.
Jauh dari kata ‘pengalaman spiritual keren,’ kejadian semacam ini merupakan ‘kejadian neurofisiologis asli’. Hasil studi mengklaim, orang yang Lobus Temporalis-nya (bagian otak pengendali ingatan dan pengenalan obyek) menyimpang berpeluang besar ‘mengubah posisi tubuhnya sendiri’.
Trik otak ini bisa menjelaskan mengapa model Miranda Kerr (28) merasa mengalami pengalaman keluar dari tubuh saat melahirkan puteranya, Flynn. Awal pekan ini, Kerr yang menjalin hubungan dengan aktor Orlando Bloom, mengatakan, “Awalnya saya berpikir akan mati di satu titik dan meninggalkan tubuh saya. Saya melihat diri saya sendiri. Rasa sakit yang terjadi begitu kuat”.
Kini, kondisi yang terjadi pada Kerr digolongkan dalam beberapa lingkaran ilmiah sebagai OBEr (out-of-body experience). Pemimpin studi Dr Jason Braithwaite mengatakan, “Kami telah mempelajari 65 mahasiswa psikologi dan menemukan OBEr memiliki beberapa prasangka dalam distorsi tubuh dan transformasi”.
Relawan yang sering mengalami deja vu, merasa anggota tubuhnya bukanlah miliknya atau terkadang merasa tubuhnya bergerak sementara sebenarnya sedang diam lebih mungkin merasakan pengalaman keluar dari tubuh ini.
Hasil studi sebelumnya juga menunjukkan penyebab praktis kejadian ini. Pada April, Profesor Neurology Kevin Nelson di University of Kentucky berpendapat, kondisi semacam ini bisa dikaitkan dengan mimpi yang terganggu.
Professor ini menemukan, mereka yang memiliki pengalaman luar tubuh lebih rentan menderita intrusi rapid eye movement (REM), di mana orang menjadi lumpuh sebelum sepenuhnya tertidur.
Ahli neurosains Swiss Profesor Olaf Blanke mengklaim, pengalaman semacam ini merupakan hasil dari gangguan sementara dalam persepsi yang disebabkan ketika otak menjadi bingung.
Selama satu percobaan, relawan menjadi begitu tenggelam dalam lanskap yang dihasilkan komputer. Relawan diberi pertunjukan virtual realitas untuk menipu otak mereka agar mempercayai sedang memainkan tubuh karakter 3D yang dihasilkan komputer. Hasil studi Dr Braithwaite dari Behavioural Brain Sciences Centre Birmingham University ini diterbitkan dalam jurnal Elsevier Cortex. [inilah.com]