Bercerai
merupakan keputusan maha sulit dan tentu menyakitkan banyak pihak.
Anak, pasangan juga keluarga besar yang tentu saja akan menerima imbas
atas perpisahan tersebut. Tak ayal, beberapa orang masih bersedia
mempertahankan pernikahannya, seburuk apapun itu.
Tak terkecuali,
wanita yang dianggap sebagai makhluk lemah, nyata-nyata memilih kuat,
dan memiliki alasannya sendiri untuk tidak bercerai dari pasangannya.
Seperti diungkapkan oleh Allison Pescosolido MA dan Andra Brosch PhD,
pendiri Divorce Detox. Inilah 10 alasan wanita bersedia mempertahankan
pernikahannya meski telah hancur.
1. Tidak ingin menyakiti pasangan atau anak
Ketika wanita
harus membuat keputusan, bercerai atau tidak, ia akan mempertimbangkan
perasaan banyak pihak yang akan tersakiti. Mengorbankan kebahagiaannya
sendiri demi orang lain dapat melegakan bagi dirinya.
2. Kehilangan kesempatan menjadi ibu
Kehadiran anak
bagi sebagian wanita adalah sebuah harapan besar meski pernikahan yang
dijalaninya tak lagi indah. Dan kenyataan jika harus bercerai menjadi
ketakutan terbesar sebagian wanita kehilangan kesempatan untuk mengasuh
anak-anaknya.
3. Bertahan dengan harga diri yang tersakiti
Harga diri
terkikis seketika harus menghadapi hubungan yang tidak sehat. Namun,
ternyata sebagian wanita lebih memilih bertahan menutupi retaknya
pernikahan, karena merasa ini hanya sekelumit cobaan, dan patut
disyukuri sebagai proses pendewasaan.
4. Tidak ingin mengganggu harmonisasi lingkungan di sekitarnya
Bagi wanita yang
telah terbiasa menjalani kehidupan pernikahaan, dengan masalah yang
terus datang mendera, akan berpikir dua kali untuk memutuskan berpisah.
Mengingat ada keluarga dan norma-norma sosial juga lingkungan di
sekitarnya yang patut dipertimbangkan. Apalagi jika ia lahir dari
keluarga yang harmonis, maka yang diserapnya dari makna sebuah
pernikahan adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ya, seberat
apapun masalahnya, keinginan besar untuk mempertahankan pernikahan yang
dijalani bisa menjadi penangkal yang ampuh dalam mempertimbangkan untuk
berpisah dengan pasangan.
5. Tidak mandiri dalam hal materi
Beberapa wanita
merasa takut kehilangan dukungan keuangan setelah bercerai. Hal ini
sangat menjadi perhatian mereka, namun lebih sering merupakan keyakinan
palsu didasarkan pada rasa tidak aman dan merasa bergantung pada
pasangan. Pada akhirnya, materi yang kurang tidak lalu membuat sebagian
wanita begitu saja memutuskan berpisah. Terpenting adalah merasa aman
dan bahagia.
6. Tidak punya referensi cerita tentang sebuah hubungan yang sehat
Beberapa wanita
yang menjalani kehidupan pernikahan yang buruk tidak memiliki model
hubungan yang sehat, yang bisa menjadi teladan atau panutan untuk bisa
memperbaiki kehidupan pernikahan yang retak. Itulah mengapa, mereka
terus berkubang pada kesalahan yang sama karena kurang menyerap
informasi tentang menjalani sebuah hubungan yang sehat.
7. Perceraian lebih buruk daripada penikahan yang buruk
Saat perempuan
sampai pada titik pemikiran untuk bercerai, ketakutan irasional dan
fantasi masa depan yang buruk dapat mendistrosi persepsi pikir wanita
sehingga mereka terjebak pada pernikahan yang tidak sehat. Itulah
kenapa, wanita butuh pemikiran dan alasan yang kuat disertai
penyangkalan, bahwa situasi yang dihadapinya tidak benar-benar "buruk".
8. Malas memulai "hidup baru"
Wanita yang
merasa dirinya tidak mandiri dalam segi mental juga materi, akan merasa
takut meninggalkan pernikahannya. Baginya, memulai hidup baru sebagi
single parent akan mejadi sebuah ketakutan. Ia membayangkan dirinya
berada pada situasi tanpa pendidikan dan ketrampilan, serta materi yang
cukup.
9. Takut melajang
Meski kehidupan selepas bercerai adalah sebuah kebebasan, namun, bagi sebagian wanita hal tersebut merupakan ketersiksaan. Ada sedih, hancur dan sendirian menjalani hidup. Lalu timbul perasaan tidak percaya diri menelusup ke hati, tentang apakah ada seseorang yang bersedia menerima status dirinya yang pernah bercerai.
Meski kehidupan selepas bercerai adalah sebuah kebebasan, namun, bagi sebagian wanita hal tersebut merupakan ketersiksaan. Ada sedih, hancur dan sendirian menjalani hidup. Lalu timbul perasaan tidak percaya diri menelusup ke hati, tentang apakah ada seseorang yang bersedia menerima status dirinya yang pernah bercerai.
10. Setia pada komitmen
Janji sehidup semati yang diucapkan saat menikah dulu, seakan telah menjadi penguat wanita untuk memutuskan tetap bertahan dalam pernikahan yang sudah tidak lagi sehat. Ya, wanita yang setia pada komitmennya untuk tetap bersama, sekeras apapun cobaan dalam pernikahan yang dijalaninya, akan berpikir berulang-ulang tentang sebuah perpisahan.
Janji sehidup semati yang diucapkan saat menikah dulu, seakan telah menjadi penguat wanita untuk memutuskan tetap bertahan dalam pernikahan yang sudah tidak lagi sehat. Ya, wanita yang setia pada komitmennya untuk tetap bersama, sekeras apapun cobaan dalam pernikahan yang dijalaninya, akan berpikir berulang-ulang tentang sebuah perpisahan.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2012/04/18/1261/10-Alasan-Wanita-Tidak-Ingin-Bercerai