"How's your date?" | "Yaaaaaawwwwnnnn." ©2012 Merdeka.com/Flickr/DavidKosmos
Ketika jutaan warga dunia tengah
menikmati adegan panas artis porno Jepang, ironisnya penduduk negeri
Sakura itu sendiri malah mengalami krisis gairah seks. Tidak percaya?
Meskipun terdengar tidak masuk akal, namun inilah kenyataannya.
Diawali dengan sebuah survey resmi dari Japan Family Planning Association pada September 2010, disebutkan bahwa pria Jepang berusia 16-19 tahun mengaku tidak tertarik untuk bercinta. Angka itu 19% lebih banyak dari survey yang sama yang pernah dilakukan pada tahun 2008.
"Perbandingan survey di tahun 2008 dan 2010 itu membuktikan pria Jepang sekarang sudah jadi 'herbivora,'" komentar Kunio Kitamura, pimpinan Japan Family Planning Association, seperti yang dikutip dari The Wall Street Journal.
Herbivora tersebut maksudnya adalah istilah yang menggambarkan pria muda yang pasif dan kurang ambisius dalam hubungan romantis mereka dengan wanita sebelumnya dari generasi terdahulu.
Survey tersebut bahkan didukung dengan penelitian lain oleh situs kencan online, O-net, yang menyatakan 83% pria Jepang yang menginjak usia 20 tahun tidak sedang berpacaran. Sebanyak 49% dari mereka bahkan tidak pernah punya pacar sama sekali, demikian seperti yang dilaporkan CNNGo.
Gairah seks yang menurun ini pun berdampak pada angka kelahiran Jepang yang kian rendah. Angka kelahiran tersebut khususnya hanya berjumlah 1,2% pada setiap keluarga. Padahal dibutuhkan 2% angka kelahiran untuk pertumbuhan populasi yang stabil.
Sebagaimana dituliskan dalam The Daily Telegraph, populasi warga Jepang pada Maret 2009 mencapai angka 127 juta penduduk. Namun angka itu diprediksi akan menurun sebanyak 95 juta pada tahun 2050 nanti jika warga Jepang semakin kehilangan gairah seks mereka.
Lantas apa sebenarnya yang menyebabkan gairah seks warga Jepang tidak setinggi produksi film porno mereka? Anda tahu?
Keinginan bercinta yang tidak dimiliki warga Jepang diduga karena hal sepele, kelelahan. Banyak sekali penduduk dari negeri Sakura ini yang memilih untuk beristirahat setelah bekerja keras seharian daripada bermesraan dengan pasangan mereka di atas ranjang.
Sulitnya mencari nafkah di Jepang membuat mereka lebih memikirkan tentang bagaimana cara bertahan hidup. Situs Huffington Post menyebutkan, seks pun menjadi pilihan terakhir bagi mereka jika ingin menghabiskan waktu setelah bekerja.
Alasan kedua justru terdengar semakin tidak masuk akal, yaitu teknologi. Adanya internet, sex toys, fasilitas pornografi lainnya membuat warga Jepang menjadi kesulitan untuk menciptakan hubungan romantis yang sesungguhnya dengan lawan jenis mereka. Semakin ironis, tetapi sepertinya alasan tersebut bisa diterima.
Memahami fenomena lunturnya gairah seks warga Jepang, mungkin mereka memang benar-benar butuh bantuan. Ternyata meski diberi sebutan produsen film porno terbesar di Asia, atau bahkan dunia, Jepang tidak bisa menolong diri mereka sendiri dari keringnya libido yang mereka alami.
Diawali dengan sebuah survey resmi dari Japan Family Planning Association pada September 2010, disebutkan bahwa pria Jepang berusia 16-19 tahun mengaku tidak tertarik untuk bercinta. Angka itu 19% lebih banyak dari survey yang sama yang pernah dilakukan pada tahun 2008.
"Perbandingan survey di tahun 2008 dan 2010 itu membuktikan pria Jepang sekarang sudah jadi 'herbivora,'" komentar Kunio Kitamura, pimpinan Japan Family Planning Association, seperti yang dikutip dari The Wall Street Journal.
Herbivora tersebut maksudnya adalah istilah yang menggambarkan pria muda yang pasif dan kurang ambisius dalam hubungan romantis mereka dengan wanita sebelumnya dari generasi terdahulu.
Survey tersebut bahkan didukung dengan penelitian lain oleh situs kencan online, O-net, yang menyatakan 83% pria Jepang yang menginjak usia 20 tahun tidak sedang berpacaran. Sebanyak 49% dari mereka bahkan tidak pernah punya pacar sama sekali, demikian seperti yang dilaporkan CNNGo.
Gairah seks yang menurun ini pun berdampak pada angka kelahiran Jepang yang kian rendah. Angka kelahiran tersebut khususnya hanya berjumlah 1,2% pada setiap keluarga. Padahal dibutuhkan 2% angka kelahiran untuk pertumbuhan populasi yang stabil.
Sebagaimana dituliskan dalam The Daily Telegraph, populasi warga Jepang pada Maret 2009 mencapai angka 127 juta penduduk. Namun angka itu diprediksi akan menurun sebanyak 95 juta pada tahun 2050 nanti jika warga Jepang semakin kehilangan gairah seks mereka.
Lantas apa sebenarnya yang menyebabkan gairah seks warga Jepang tidak setinggi produksi film porno mereka? Anda tahu?
Keinginan bercinta yang tidak dimiliki warga Jepang diduga karena hal sepele, kelelahan. Banyak sekali penduduk dari negeri Sakura ini yang memilih untuk beristirahat setelah bekerja keras seharian daripada bermesraan dengan pasangan mereka di atas ranjang.
Sulitnya mencari nafkah di Jepang membuat mereka lebih memikirkan tentang bagaimana cara bertahan hidup. Situs Huffington Post menyebutkan, seks pun menjadi pilihan terakhir bagi mereka jika ingin menghabiskan waktu setelah bekerja.
Alasan kedua justru terdengar semakin tidak masuk akal, yaitu teknologi. Adanya internet, sex toys, fasilitas pornografi lainnya membuat warga Jepang menjadi kesulitan untuk menciptakan hubungan romantis yang sesungguhnya dengan lawan jenis mereka. Semakin ironis, tetapi sepertinya alasan tersebut bisa diterima.
Memahami fenomena lunturnya gairah seks warga Jepang, mungkin mereka memang benar-benar butuh bantuan. Ternyata meski diberi sebutan produsen film porno terbesar di Asia, atau bahkan dunia, Jepang tidak bisa menolong diri mereka sendiri dari keringnya libido yang mereka alami.