Daftar Isi Cerobong

MR ‘Alay’ Mengharamkan Main Twitter dan Blog

Sebuah kabar menarik datang dari Amerika Serikat. Hasil riset mutakhir yang diumumkan kemarin oleh lembaga penelitian Pew Internet menunjukkan bahwa remaja dan anak muda ternyata tak berminat lagi pada blog. Mereka lebih suka aktif di situs-situs jejaring sosial, kecuali Twitter.
Riset yang dilakukan pada September 2009 itu menyurvei 2.253 orang dewasa dan 800 remaja di Amerika untuk mengetahui bagaimana responden memanfaatkan Internet dan situs media sosial yang paling sering mereka akses.
Mengapa ABG (anak baru gede) di Amerika cenderung ogah mengelola blog? Bagaimana dengan para “alay” di Indonesia?
Sebelum sampai ke situ, mari kita telaah temuan-temuan riset Pew Internet. Menurut riset tersebut, yang sudah bisa ditebak, remaja dan anak muda di Amerika jauh lebih banyak menggunakan Internet dibanding orang dewasa. Angkanya 93 persen (remaja dan anak muda) dibandingkan dengan 38 persen (orang dewasa di atas 65 tahun). Sekadar ilustrasi, di Indonesia, menurut situs Check Facebook, 62 persen pengguna Facebook berusia 14-24 tahun, 25 persen berusia 25-34 tahun, dan sisanya 34 hingga di atas 65 tahun.
Riset juga menunjukkan, 63 persen remaja pengguna Internet itu rata-rata sekali dalam sehari membuka web. Tapi orang dewasa membuka Internet lebih dari satu kali dalam sehari.
Apa yang dilakukan responden di Internet?
Riset Pew menemukan bahwa 73 persen responden berusia 12-17 tahun remaja adalah pengguna aktif jejaring sosial, seperti Facebook, Flickr, dan YouTube. Mereka mengunggah foto, memperbarui dan mengomentari status, serta mengirim pesan ringkas via layanan seperti Yahoo! Messengers, AIM, dan MSN.
Yang mengejutkan adalah remaja makin kurang menyukai blog. Sementara dalam riset Pew pada 2006 menunjukkan bahwa 28 persen remaja memiliki blog, tahun ini anjlok tinggal 14 persen. Remaja tampaknya menganggap Facebook dan media-media sosial lebih gampang untuk memperbarui status, sehingga blog tak diperlukan lagi.
Satu-satunya media sosial yang kurang disukai oleh responden remaja adalah Twitter. Hanya 8 responden remaja memakai Twitter. Remaja putri lebih banyak yang menggunakan Twitter ketimbang remaja pria, 13 persen remaja putri berusia 14-17 tahun dilaporkan memakai layanan tersebut.
Apa yang bisa kita simpulkan dari riset itu?
Data itu dikumpulkan pada September 2009. Ada banyak perubahan di media sosial dalam kurun lima bulan ini. Meski demikian, ada kecenderungan yang terlihat jelas: remaja senang beraktivitas daring, tapi mereka kurang tertarik membuat tulisan untuk blog atau “berkicau” di Twitter. Menciptakan sesuatu — seperti posting di blog — dianggap lebih membutuhkan waktu dan energi ketimbang mengubah status atau mengunggah foto di Facebook.
Remaja belum cukup berpengalaman atau kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat posting di blog sehingga hanya sedikit orang pula yang bersedia mendengarkan “ocehan” mereka. Dengan sedikitnya pengetahuan, remaja pun enggan berbicara di muka khalayak.
Kehidupan sosial remaja jauh lebih sempit dan tertutup ketimbang orang dewasa. Itu sebabnya jaringan tertutup seperti Facebook lebih menggoda bagi remaja ketimbang Twitter yang jauh lebih luas dan terbuka. Blog pun lebih merupakan tempat berbagi pengalaman secara intim. Itu menjelaskan mengapa lebih banyak remaja yang menelantarkan blog mereka selama beberapa tahun terakhir.
Saya belum mengetahui hasil riset sejenis untuk Indonesia. Tapi saya kira temuan Pew itu tak jauh berbeda. Sejauh yang saya amati, blog-blog yang masih aktif rata-rata dimiliki oleh mereka yang berusia di atas 25 tahun. Mereka yang aktif berkicau di Twitter pun umurnya rata-rata di atas 20 tahun.
Mereka yang disebut “alay” alias anak layangan terlihat sangat aktif di Facebook. Anak-anak yang rata-rata berusia di bawah 20 tahun ini rajin mengunggah foto dengan pose nyaris seragam: kepala sedikit miring, bibir monyong, dan jari menempel di pipi. Teks yang mereka tuliskan di status pun menggunakan kata-kata khusus, misalnya 3m4n6 kalo 6w 4l4y, l0 m4u 4p4.
Anda tahu artinya?