KOMPAS/YULVIANUS HARJONO
Meskipun memasuki wilayah Indonesia tanpa izin, para imigran gelap asal Afghanistan yang tertangkap di Lampung diperlakukan sebagai pengungsi atau pencari suaka. Mereka ditampung sementara di sebuah hotel di Bandar Lampung.Sebanyak 28 imigran gelap Afganistan yang kabur dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Riau, hanya membawa satu helai baju yang mereka pakai saat melarikan diri.
"Mereka hanya bawa baju yang mereka pakai. Tak ada yang bawa tas atau lainnya," kata seorang imigran Afganistan, Bashir Ahmad (30), di Rudenim Pekanbaru, Minggu (5/12/2010).
Sebanyak 28 imigran gelap Afganistan kabur dengan menggali terowongan dari sel tahanan hingga ke luar tembok tahanan setinggi tujuh meter pada Sabtu (4/12/2010) malam. Petugas Rudenim baru berhasil menangkap seorang imigran yang kabur, Muhammad Jalile (28), di semak-semak yang jaraknya tak jauh dari Rudenim.
Bashir mengaku melihat kejadian itu karena dia berada di sel tahanan yang berada di seberang sel IE, tempat 28 imigran melarikan diri. Menurut dia, Pekanbaru sedang diguyur hujan deras saat kejadian.
Para imigran secara bergantian kabur di sela-sela waktu patroli petugas jaga Rudenim sekitar pukul 22.00 WIB. Ia mengatakan, saat itu pintu sel tahanan belum dikunci karena Rudenim baru menguncinya pada tengah malam.
"Saya tak mau ikut, lebih baik sabar menunggu di sini," kata Bashir dengan bahasa Inggris terbata-bata. Seorang imigran lainnya, Syed Adil Reza (20), mengatakan bahwa para imigran itu kabur karena merasa frustasi tak kunjung mendapat suaka ke negara tujuan.
Ia mengatakan, para imigran itu keluar dari Afganistan karena perang yang tak berkesudahan dan berencana mencari suaka ke Australia. "Ada yang sudah lebih dari tujuh bulan di tahanan, tapi UNHCR lamban menangani kami. Tentu saja ada banyak yang memilih kabur," ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi Rudenim yang tak layak juga menambah frustasi para imigran. Syed Adil yang menempati salah satu sel di lantai dua Rudenim mengatakan, kondisi atap ruang tahanan banyak yang rusak dan bocor setiap hujan.
Kepala Rudenim Yanizur mengakui, para imigran tersebut kabur karena tak sabar menunggu proses suaka dari organisasi PBB yang menangani pengungsi UNHCR dan International Organization and Migration (IOM).
"Mereka yang kabur adalah para pencari suaka dan banyak yang tak sabar. Tapi lamanya proses tersebut bukan karena kesalahan Pemerintah Indonesia," katanya.
Ia mengatakan, proses suaka terhambat antara lain karena para imigran menggunakan nama dan dokumen keimigrasian palsu. Hal itu menyebabkan proses pendataan memakan waktu lama.
http://regional.kompas.com/read/2010/12/05/15573789/28.Imigran.Kabur.Hanya.Bawa.Sehelai.Baju-5